Suatu saat Khalifah Umar ibn Khaththab pernah menuliskan surat kepada seluruh gubernur : “Hisablah diri kalian saat berada dalam kelapangan sebelum kesusahan. Karena, sesungguhnya barang siapa menghitung dirinya pada masa kelapangan sebelum masa kesusahan, maka akan membuat dirinya ridha dan berlapang dada (bila kesempitan datang). Barang siapa yang dibuat lalai oleh hidupnya, dibuat sibuk oleh hawa nafsunya, pasti akan mendatangkan penyesalan dan kerugian”.
Saat itu jam istirahat untuk makan siang dan biasanya saya melakukannya sedikit agak telat. Biasanya setelah solat Zuhur.
Sambil menunggu waktu Zuhur saya browsing website eramuslim. Saya buka kolom yang judulnya "Bercermin pada salaf". Dan ada artikel dengan judul "Adakah sisa kebaikanmu?".
Subhanallah, setelah membacanya saya sempat tertegun dan tersentak ketika membaca salah satu paragraf yang saya cuplik di awal blog ini. Betapa begitu berhati-hatinya seorang Umar ibn Khathab tentang permasalahan dunia.
Lalu sejenak saya rebahkan diri di kursi tempat saya duduk. Lalu sempat bertanya pada diri sendiri, apakah saya sudah seperti itu? Apakah saya pernah menyempatkan untuk menghisab diri ini? Apakah selama ini secara sadar ataupun tidak sadar sering mengikuti nafsu duniawi?
Ya Allah ternyata diri ini masih jauh dari surgaMu, bahkan mencium aromanya pun belum bisa. Mungkin keadaan ini seperti sebuah kalimat yang pernah diucapkan Abunawas dalam doanya, "Ya Allah, aku tidak sanggup untuk masuk ke dalam nerakaMu tapi akupun juga tidak pantas untuk masuk ke surgaMu".
Siang itu saya mendapatkan sebuah ilmu yang sangat berharga tentang kehidupan. Tentang dalamnya makna untuk selalu bermuhasabah. Tentang sebuah kelalaian yang merugikan.
"agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah Maha cepat hisab-Nya". (Ibrahim : 51)